Sabtu, 25 Januari 2014

[CERPEN] Sebatas Rasa



Sebatas Rasa 
Oleh: Lukman Arrahim

        Alif terlahir sebagai anak yang miskin. Orang tuanya sibuk menghabiskan waktu berbisnis di negri orang. Dia miskin, melarat hati. Dia hidup sendiri tanpa saudara di Malang, alias nge-kost. Seperti banyak orang kesepian lainnya, dia tak pernah berhenti mencari perhatian dari orang-orang di sekelilingnya. Sekalipun itu sangat gak baik, seperti kentut sembarangan di kantin. Jika sudah begitu, dia benar-benar jadi pusat perhatian. Luar biasa.
            Tapi dia bukan seorang yang dikucilkan di kelasnya, teman-temannya tidak keberatan untuk berteman dengannya. Bercanda bersama dan nggak jarang dia menraktir makan temen-temenya, walau demikian hatinya tetap saja melarat dalam kesepian.  Kadang jika hatinya sedang busuk, temannya yang kurang beruntung bisa ditemukan dalam keadaan  baju compang-camping dan tanpa celana. Bisa dipastikan selanjutnya dia akan berada di ruang tatib (tata tertib).

      Angin segar apa yang menghembus merdu saat itu,  di ruang tatib Alif bertemu siswi yang tampak asing di sekolahnya, dia siswi baru…. dan dia cantik. Memang tidak elegant ketika bertemu lawan jenis pertama kali dengan keadaan dihukum. Alif lemas, matanya membelalak, kakinya gemetar, keningnya berkeringat. Ternyata Alif sedang push-up.
      Seperti biasa, guru kesayangan Alif sedang mengeksekusi Alif. Pak NS, begitu panggilannya, satu hal yang membuatnya terkenal dan mudah ingat di sekolah adalah: jenggot trapesium lebat-nya. “Kamu mau dihukum apalagi ? Nggak kapok-kapok hah?.” Dengan aksen dan nada tinggi khas buatanya sendiri Pak NS membentak.
     Alif diam, raut  mukannya justru sedikit demi sedikit membentuk senyuman, pandangan matanya jauh menghilang dari alam. Barusan saja siswi-baru-pindahan itu tersenyum kepada Alif,  bisa ditebak senyuman itu tercipta karena kegeblekan Alif yang bolak-balik dihukum dan kena marah guru, sebelum akhirnya siswi-baru-pindahan itu beranjak pergi dari ruang tatib bersama seorang yang lebih dewasa, mungkin ibunya.
        “Woi jawab !! nggak punya mulut? kamu nggak bosan dipanggil dihukum terus. Untung aja bapakmu itu temen baiknya kepsek!”

      “…….” Alif masih diam. Kepalanya terbentur jauh senyuman gadis pindahan baru itu.

            “WOOIII, JAWAB ?”
            Kaget, “hah, tadi ngomong apa pak?” kemudian Pak NS cukur jenggot.

’’’’’’’’
       Setelah mendapat ceramahan dari beberapa guru lainnya Alif diizinkan kembali ke kelas. Sambil membawa titipan surat dari penjaga di ruang tatib untuk diberikan ke kelas sebelas IPS 1 Alif mampir dulu di toilet untuk melepas beban mineral berlebihnya, lalu akhirnya lanjut ke kelas yang dituju untuk menyampaikan amanat. And what the fantastic moment happened. Setelah memberikan surat izin itu, sambil celingukan, mata Alif menemukan sosok penuh pesona yang ia temui di ruang tatib tadi. Bukan, sosok itu bukan Pak NS, sosok itu siswi-pindahan-baru tadi.
       Siswi itu membalas tatapan Alif, mata mereka bertemu. Kali ini ekspresi muka si siswi baru itu seperti kaget dengan sedikit menganga. Mungkin di batin si siswi baru itu seperti, “hah?, masak iya aku sekelas sama anak gak jelas ini?”

      “Mau ngapain lagi le ?” teguran guru di kelas itu membuyarkan segalanya. Alif keluar kelas dengan sedikit curi-curi pandang pada si siswi baru itu. Mungkin saat ini si siswi-baru-pindahan itu menarik nafas panjang karena lega tidak sekelas dengan Alif. Kemudian Alif kembali ke kelas asal. Sepuluh IPA 7. Gitu-gitu Alif otaknya lumayan encer juga jadi anak ipa.


“””””

Keesokan harinya sebelum malam menelan bintang. Alif mengayuh sepeda pancalnya ke mini market terdekat. Seperti biasa, tiap 5 hari sekali dia membeli bahan-bahan untuk dimasaknya sendiri di kost-annya. Dari segala kepayahan dirinya. Dia memiliki satu bakat yang sangat membantu hidupnya. Gara-gara sering ditinggal sendiri di rumahnya yang dulu tanpa pembantu. Alif sering nekat masak makanannya sendiri. Tapi setelah berulang kali mencoba dan belajar dari youtube. Masakannya kini selalu mantab disantap, mungkin chef Juna juga gak akan rela mengucap “sampah” pada masakan Alif.
Malam itu Tuhan benar-benar sayang pada Alif. Ketika di mini market langganannya Alif tanpa sengaja bertemu siswi-baru-pindahan itu di sini. Layaknya FTV, ketika si siswi-baru-pindahan itu memegang deodorant yang ingin dibelinya Alif tanpa sengaja menabraknya, dan jatuhlah si deodorant. Berniat meminta maaf dengan mengambilkan deodorant itu, tangan mereka justru bertemu dalam sentuhan lembut. Alif menghadap mencoba menatap wajah si calon pembeli deodorant. Begitu juga si calon pembeli deodorant yang ternyata siswi-baru-pindahan itu. Kemudian mereka saling menatap diiringi perasaan kaget masing-masing. Tiba-tiba jantung Alif berdetak kencang saking senangnya ia tak sadar telah membuka tutup deodorant dan mengoleskannya di sekujur lehernya. Ya enggaklah.

          Singkat cerita meraka berkenalan, Alif mendapatkan nomer telepon, pin bbm, dan ukuran Brest House (yang ini ngawur :v ) Si Ayu, iya gadis cantik itu bernama Ayu. Malam itu dunia mengehendaki kehangatan di sisi kedua insan ini. Mereka mulai bercakap-cakap sambil menunggu antrean di kasir, “Jadi kamu masak makananmu sendiri? Hebat dong, pasti enak.” Heran Ayu setelah tahu kalau makhluk macam Alif ternyata bisa masak. “Masih belajar, hehe. Kapan-kapan aku masakin deh.” Ayu tersenyum dan mengangguk. Kembali, senyuman itu benar-benar membuat mental biadab Alif melemah.
         
         Setelah keluar dari mini market mereka masih lanjut berbincang,
“kesini sendirian, rumah kamu di mana?” Alif mulai modus. “Iya hehe, deket-deket sini kok.”
“aku anter pulang yuk !” Alif mulai berani
        “nggak usah deh, rumahku deket kok.”
“nggak enak masa’ cewek pulang sendiri malem-malem.”
“yaudah deh terserah.” Usaha Alif berhasil. Lucky Boy, Lucky Alif.

“””””””
     Hari berganti hari, Alif semakin menunjukkan kedekatan dan ketertarikannya pada Si Ayu. Alif sering menemui Ayu di depan kelasnya. Walau dengan badan bergetar Alif tetap memberanikan diri untuk bisa lebih dekat dengan Ayu, gadis dengan senyuman penuh keajaiban. Waktu dimana Alif benar-benar merasa nyaman saat bersamanya.
              Ketika malam Alif juga tidak pernah lupa mengirim bbm kepada Ayu. Sampai tiba suatu malam percakapan di bbm,
Alif       :  …waktu pertama kali ketemu di tatib itu ibu kamu yah?
Ayu      : *masih mengetik* oh itu tante aku. Ibu aku uda ‘gaada’
Alif       : oh maaf, aku gak ngerti. Terus kamu tinggal di Malang sama sapa?
Ayu      : ya sama tanteku itu, sama sepupu hehe.
Alif       : emang ayah kamu kemana?
Ayu    : dia dinas di Papua, tentara. Uda lama gak ketemu. Jadi kangen
           
*Alif diem, dia gakbisa bales chat dari Ayu, dadanya sesak terasa batu besar menghantam dadanya.

Ayu      : eh maaf, aku jadi curhat yah.
Alif       : Nggak papa, aku kaget aja kamu bisa kuat banget

Setelah sms itu, Alif berbaring di ranjang kost-kost an nya. Tatapannya kosong, masih dengan dada yang sesak. Dia benar-benar gak habis pikir, gadis cantik dengan senyum menawan idamannya itu ternyata memiliki segudang kesedihan dan kepedihan yang berat banget. Mungkin kesepian yang Alif rasain gak ada apa-apanya dengan yang Ayu rasakan sekarang. Tapi jiwanya tetap tegar dan kuat, gadis itu selalu bersyukur dan tetap tersenyum dengan yang ia hadapi. Kali ini Alif benar-benar merasa sangat bodoh, sombong dan kufur akan segala nikmat yang ia dapatkan.
Kemudian Alif bangun dari tidurnya, mengambil air wudhu dan menjalankan sholat. Air matanya mengalir di pipinya.
Malam itu Alif membuka lembaran baru.

“””””””

Sejak saat itu Alif sudah jarang telat masuk sekolah, Alif juga sudah tidak pernah kentut sembarang di tempat umum, karena setelah dia mencium bau kentutnya sendiri dia jadi tidak tega dengan orang-orang yang mencium bau kentutnya. Alif bahkan sudah jarang ngobrol dengan Pak NS di ruang tatib. Teman-temannya menyambut positif perubahan sifat Alif. Semuanya menjadi merasa lebih aman.
Alif juga jadi sering menguhubungi lebih dulu orang tuanya, bukan karena ngabarin kalau minta uang jajan tambahan bukan, tapi dari hati ia benar-benar menyesal dan merindukan orang tuannya yang bekerja keras menghidupi anak satu-satunya itu. Melalu skype mereka bertemu kangen walau tampilan wajah kedua orang tuannya di layar laptop itu masih kurang untuk mengurangi rasa kangennya, tapi itu cukup untuk tau bahwa dua orang yang paling berharganya itu dalam keadaan sehat jauh di negri sana.
Dan setidaknya ia jadi sadar, masih banyak orang yang kurang beruntung jauh di bawahnya. Perasaan itu benar-benar membuatnya sadar. Rasa yang tidak bisa kau temukan di makanan lezat apapun.
Mereka menyebut rasa itu cinta.
Cinta yang mempesona
Menghaluskan yang kasar
Menjinakkan yang liar
Mewarnai yang hambar
Digandeng kasih sayang penuh harapan
Datang tenang berlapis kehangatan
Darinya tercipta
Padanya mencipta


Alif juga sadar, dia gak sendirian. Masih ada temen-temen nya, masih ada Pak NS dan guru-guru lainnya, masih ada pelayan mini market langganannya,  masih ada Ayu, dan dia masih memiliki kedua orang tua tercintanya.

Jelas gaada alasan untuk merasa sendiri di dunia ini baginya. Gak ada alasan untuk larut dalam kesedihan dan kerinduan mencekam. Masih banyak hal berguna yang bisa dilakukan. Bukankah orang tua kita membiayai kita sekolah agar menjadi sukses dengan menggapai impian kita. Sudah jadi tugas kita membalas budi pada orang tua dengan buat mereka bangga sama hasil belajar kita di sekolah. Begitu.


SELESAI

0 komentar:

Posting Komentar