Rabu, 09 Desember 2015

Teleporter Vs Telekinator (chapt.1)

Judulnya agak ngawur, maklumin aja

SIAP-SIAP NGGAK KETEMU



^^^^
Terimakasih atas kritik dan sarannya.

Sangat sulit menceritakan dengan rinci bagaimana pertama kali aku bisa melakukannya. Seperti yang aku bilang di awal, sepertinya aku berlebihan dalam berimajinasi.
Tapi bukan soal menyelamatkan dunia yang akan kuceritakan. Ini hanya sepenggalan hidupku. Sekolah. Bagaimana sekolah benar-benar mempengaruhi emosi dan gairah jiwa mudamu. Atas dasar itulah aku memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahku. Tapi agar dramatis aku harus dikeluarkan dari sekolah dengan terhormat. Terlebih kau tahulah apabila orang yang kau suka berada di sekolah yang sama.
Jadi setiap hari aku akan ke sekolah hanya untuk melihatnya dan lalu menghilang. Selama menghilang aku sudah mengunjungi hampir seluruh Eropa, beberapa wilayah yang ku suka di Amerika dan sedikit Rusia, aku suka sejarah mereka. Juga semoga aku tidak salah kamar, karena beberapa dari kamar kalian mungkin telah kusinggahi. Hanya untuk yaaa menambah wawasan tentang perilaku manusia begitulah.
Cukup pamernya.
Cerita ini tidak sampai ke Antartika. Hanya beberapa gang dari rumahku. Aku memiliki musuh. Sangat kuat dan mengancam keberadaanku. Sosok ini memiliki kemampuan telekinesis yang super duper keren dan menurutku agak aneh dan langka. Dia bisa mendatangkan benda apasaja yang dia pikirkan terutama dalam banyak hal adalah senjata untuk menyerang lawan. Aku bersyukur kemampuan terbaikku adalah untuk lari. Oke sedikit pengecut, oke pengecut. Tapi itu adalah strategi, bertahan dan menunggu. Oke alibi terserah. Yang jelas pertarunganku pertama kali dengannya benar-benar heboh.
Pertempuran itu berlangsung ketika jam sekolah telah usai beberapa jam yang lalu tapi kita berdua masih menempati tempat duduk kita masing-masing di kelas tanpa berbicara apapun. Benar, fakta yang mengharukan adalah kita sekelas.
Pertempuran itu harus kukatakan sangat memacu adrenalinku. Aku berdiri dan mengatakan, “udah sore nih, pulang dulu yah!” Terus dia ikut bangkit dan sekejap mataku menangkap sesuatu bergerak di pergelangan tangannya sebelum aku sempat berkedip dia telah melemparkan benda itu tepat ke arahku dengan kecepatan mematikan tapi kau harus tahu satu hal, aku hebat dalam pertarungan jarak dekat. Kemampuanku berteleportasi dalam jarak yang dekat membuatku lebih terlihat seperti flash. Ruang dan waktu dalam kendaliku. Aku berpindah tempat dan menghindar dengan lancar.
Dia tidak berhenti, kembali melempariku sesuatu yang jika kuingat-ingat sepertinya itu bola kasti. Tapi lagi-lagi aku berhasil menghindarinya. Ini akan mudah pikirku awalnya, hanya beberapa serpihan kaca pecah. Tapi wow lihat apa yang dia lakukan. Salah satu meja yang terdekat dengannya lenyap lalu tanpa ba-bi-bu dengan gerakan melempar, meja itu datang lagi ke arahku. Ini sudah sangat merepotkan untuk teman-teman yang mendapat giliran piket besok pagi. Aku kembali hilang dan muncul di sudut kelas lain dan bum bola kasti melayang tepat di mukaku. Sumpah saat itu aku benar-benar melihat burung-burung berputar-putar di atas kepalaku.
Aku bangkit dan gairah bertarungku meledak. “Sore ini akan sangat panjang sobat.”
“Aku suka sore yang panjang, sobat.”
Hal pertama yang kupikirkan adalah berlari sekencang mungkin ke arahnya dan tiba-tiba menghilang dan tiba-tiba muncul kembali tepat di hadapannya dengan pukulan telak di muka. Itu benar-benar pukulan  keras hingga dia terpelanting cukup jauh ke belakang dan membuat tatanan bangku dan meja berantakan seketika. Tapi itu tak bertahan lama, dia segera bangkit dan membuatku tak puas dengan pukulan barusan. Aku kembali menghilang dan muncul kembali di hadapannya berusaha memberikan tendangan tepat di perut tapi dia jauh lebih sigap dari yang kupikir. Setan, kupikir dia benar-benar hebat saat itu ketika berhasil menghindari serangan mendadakku. “Seranganmu benar-benar monoton Njas.”
“Thanks.” Sambil menghindar dia menghadiahiku pukulan di wajah dan di perut yang memaksaku mengerang kesakitan hingga sebelum pukulan ketiga datang aku berteleportasi lebih dulu ke beberapa cm di depan perutnya, meraihnya, mengangkatnya, dan brak membantingnya ke tanah dengan telak. Kemudian aku menindihnya yang terlentang di tanah berharap dapat memberikan satu kali lagi pukulan tepat di wajah. Tapi sebelum itu terlaksana bangku di sisi kiriku tiba-tiba melayang menabrak sekujur badanku dan membuatku terlempar dari atas Dedy.
Wow Ded jika kutulis ini mungkin aku akan terlihat sangat homo, tapi saat itu jantungku benar-benar berdetak kencang luar biasa. Aku segera menghilang dan berpindah tempat, begitu juga Dedy yang segera bangkit dan berdiri dengan ancang-ancang siap menerima serangan tiba-tiba. Tapi aku hanya muncul beberapa centimeter di hadapanya sambil berdiri. Sekejap saling adu pukul terjadi dan cukup sengit, sampai aku mendorongnya hingga mundur beberapa langkah lalu menerjangnya tapi setan Dedy dengan kemampuan bela dirinya memanfaatkan tenaga terjanganku yang labil untuk melemparku ke belakang. Aku tersungkur dan menabrak beberapa bangku, kalau tidak salah itu bangku Ani. Oke itu gak penting bangku siapa. Aku bangkit kembali dengan refleks yang entah mengapa tiba-tiba ingin merapikan seragamku yang sudah tidak karuan.
Serangan selanjutnya tiba, “Ini bakalan bikin koma beberapa hari paling nggak Njas,” Dedy meraih meja sebelah kanannya lalu sambil melakukan gerakan berputar, beberapa bangku lain ikut terangkut. Ketika putarannya yang menggotong beberapa perabotan kelas mendekati 360° yang artinya mengarah padaku aku menghilang dan muncul beberapa meter di atas. Segala suara tabrakan kayu dan kaca jendela yang buruk benar-benar terdengar sore itu. Aku mendarat di tanah dan seketika kembali menghilang menggunakan kesempatanku kali ini dengan sebaik-baiknya. Tendangan balasan ala Taekwondoku telak mendarat di dada Dedy yang membuatnya terpelanting jauh ke belakang dan dari suara napasnya dia terlihat sesak berat.
Tidak ada tanda-tanda Dedy akan melakukan serangan balasan. “Udahan ni?” tanyaku.
Segera dia bangkit sambil mendengus kesal, “Belum anjing.”
BRAAAAK!! Itu suara pintu digebrak dari luar.
                “SIAPAA YANG ANJINNG?!”  Tebak suara siapa. Pak Rud. Guru tatib. Oke sore itu lenyap.
^^^^
Dua hari kemudian aku dan Dedy sama-sama dikeluarkan dari sekolah. Dan belakangan aku tahu, sore itu ‘Dia’ sempat menyaksikan pertarunganku dengan Dedy di kelas dan merupakan orang yang melaporkan kejadian itu ke Pak Rud. Tapi entah mengapa tidak ada rumor-rumor aneh tentang orang yang bisa menghilang atau mendatangkan sesuatu. Anehnya hal ini justru menggelitik perasaanku. Kenapa saat aku mau menghilang, tiba-tiba aku mulai menyukaimu hei.


0 komentar:

Posting Komentar