Judulnya agak ngawur, maklumin aja
^^^^
SIAP-SIAP NGGAK KETEMU
^^^^
Terimakasih atas kritik dan sarannya.
Sangat sulit
menceritakan dengan rinci bagaimana pertama kali aku bisa melakukannya. Seperti
yang aku bilang di awal, sepertinya aku berlebihan dalam berimajinasi.
Tapi bukan
soal menyelamatkan dunia yang akan kuceritakan. Ini hanya sepenggalan hidupku.
Sekolah. Bagaimana sekolah benar-benar mempengaruhi emosi dan gairah jiwa
mudamu. Atas dasar itulah aku memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahku.
Tapi agar dramatis aku harus dikeluarkan dari sekolah dengan terhormat. Terlebih
kau tahulah apabila orang yang kau suka berada di sekolah yang sama.
Jadi setiap
hari aku akan ke sekolah hanya untuk melihatnya dan lalu menghilang. Selama
menghilang aku sudah mengunjungi hampir seluruh Eropa, beberapa wilayah yang ku
suka di Amerika dan sedikit Rusia, aku suka sejarah mereka. Juga semoga aku
tidak salah kamar, karena beberapa dari kamar kalian mungkin telah kusinggahi.
Hanya untuk yaaa menambah wawasan tentang perilaku manusia begitulah.
Cukup
pamernya.
Cerita ini
tidak sampai ke Antartika. Hanya beberapa gang dari rumahku. Aku memiliki
musuh. Sangat kuat dan mengancam keberadaanku. Sosok ini memiliki kemampuan
telekinesis yang super duper keren dan menurutku agak aneh dan langka. Dia bisa
mendatangkan benda apasaja yang dia pikirkan terutama dalam banyak hal adalah
senjata untuk menyerang lawan. Aku bersyukur kemampuan terbaikku adalah untuk
lari. Oke sedikit pengecut, oke pengecut. Tapi itu adalah strategi, bertahan
dan menunggu. Oke alibi terserah. Yang jelas pertarunganku pertama kali
dengannya benar-benar heboh.
Pertempuran
itu berlangsung ketika jam sekolah telah usai beberapa jam yang lalu tapi kita
berdua masih menempati tempat duduk kita masing-masing di kelas tanpa berbicara
apapun. Benar, fakta yang mengharukan adalah kita sekelas.
Pertempuran
itu harus kukatakan sangat memacu adrenalinku. Aku berdiri dan mengatakan,
“udah sore nih, pulang dulu yah!” Terus dia ikut bangkit dan sekejap mataku
menangkap sesuatu bergerak di pergelangan tangannya sebelum aku sempat berkedip
dia telah melemparkan benda itu tepat ke arahku dengan kecepatan mematikan tapi
kau harus tahu satu hal, aku hebat dalam pertarungan jarak dekat. Kemampuanku
berteleportasi dalam jarak yang dekat membuatku lebih terlihat seperti flash.
Ruang dan waktu dalam kendaliku. Aku berpindah tempat dan menghindar dengan
lancar.
Dia tidak
berhenti, kembali melempariku sesuatu yang jika kuingat-ingat sepertinya itu
bola kasti. Tapi lagi-lagi aku berhasil menghindarinya. Ini akan mudah pikirku
awalnya, hanya beberapa serpihan kaca pecah. Tapi wow lihat apa yang dia
lakukan. Salah satu meja yang terdekat dengannya lenyap lalu tanpa ba-bi-bu
dengan gerakan melempar, meja itu datang lagi ke arahku. Ini sudah sangat
merepotkan untuk teman-teman yang mendapat giliran piket besok pagi. Aku
kembali hilang dan muncul di sudut kelas lain dan bum bola kasti melayang tepat di mukaku. Sumpah saat itu aku
benar-benar melihat burung-burung berputar-putar di atas kepalaku.
Aku bangkit
dan gairah bertarungku meledak. “Sore ini akan sangat panjang sobat.”
“Aku suka sore
yang panjang, sobat.”
Hal pertama
yang kupikirkan adalah berlari sekencang mungkin ke arahnya dan tiba-tiba
menghilang dan tiba-tiba muncul kembali tepat di hadapannya dengan pukulan
telak di muka. Itu benar-benar pukulan keras hingga dia terpelanting cukup jauh ke
belakang dan membuat tatanan bangku dan meja berantakan seketika. Tapi itu tak
bertahan lama, dia segera bangkit dan membuatku tak puas dengan pukulan
barusan. Aku kembali menghilang dan muncul kembali di hadapannya berusaha
memberikan tendangan tepat di perut tapi dia jauh lebih sigap dari yang
kupikir. Setan, kupikir dia benar-benar hebat saat itu ketika berhasil
menghindari serangan mendadakku. “Seranganmu benar-benar monoton Njas.”
“Thanks.”
Sambil menghindar dia menghadiahiku pukulan di wajah dan di perut yang
memaksaku mengerang kesakitan hingga sebelum pukulan ketiga datang aku
berteleportasi lebih dulu ke beberapa cm di depan perutnya, meraihnya,
mengangkatnya, dan brak membantingnya
ke tanah dengan telak. Kemudian aku menindihnya yang terlentang di tanah
berharap dapat memberikan satu kali lagi pukulan tepat di wajah. Tapi sebelum
itu terlaksana bangku di sisi kiriku tiba-tiba melayang menabrak sekujur
badanku dan membuatku terlempar dari atas Dedy.
Wow Ded jika
kutulis ini mungkin aku akan terlihat sangat homo, tapi saat itu jantungku
benar-benar berdetak kencang luar biasa. Aku segera menghilang dan berpindah
tempat, begitu juga Dedy yang segera bangkit dan berdiri dengan ancang-ancang
siap menerima serangan tiba-tiba. Tapi aku hanya muncul beberapa centimeter di
hadapanya sambil berdiri. Sekejap saling adu pukul terjadi dan cukup sengit,
sampai aku mendorongnya hingga mundur beberapa langkah lalu menerjangnya tapi
setan Dedy dengan kemampuan bela dirinya memanfaatkan tenaga terjanganku yang
labil untuk melemparku ke belakang. Aku tersungkur dan menabrak beberapa
bangku, kalau tidak salah itu bangku Ani. Oke itu gak penting bangku siapa. Aku
bangkit kembali dengan refleks yang entah mengapa tiba-tiba ingin merapikan
seragamku yang sudah tidak karuan.
Serangan
selanjutnya tiba, “Ini bakalan bikin koma beberapa hari paling nggak Njas,”
Dedy meraih meja sebelah kanannya lalu sambil melakukan gerakan berputar,
beberapa bangku lain ikut terangkut. Ketika putarannya yang menggotong beberapa
perabotan kelas mendekati 360° yang artinya mengarah padaku aku menghilang dan
muncul beberapa meter di atas. Segala suara tabrakan kayu dan kaca jendela yang
buruk benar-benar terdengar sore itu. Aku mendarat di tanah dan seketika
kembali menghilang menggunakan kesempatanku kali ini dengan sebaik-baiknya.
Tendangan balasan ala Taekwondoku telak mendarat di dada Dedy yang membuatnya
terpelanting jauh ke belakang dan dari suara napasnya dia terlihat sesak berat.
Tidak ada
tanda-tanda Dedy akan melakukan serangan balasan. “Udahan ni?” tanyaku.
Segera dia
bangkit sambil mendengus kesal, “Belum anjing.”
BRAAAAK!! Itu suara pintu digebrak dari
luar.
“SIAPAA
YANG ANJINNG?!” Tebak suara siapa. Pak
Rud. Guru tatib. Oke sore itu lenyap.
^^^^
Dua hari
kemudian aku dan Dedy sama-sama dikeluarkan dari sekolah. Dan belakangan aku
tahu, sore itu ‘Dia’ sempat menyaksikan pertarunganku dengan Dedy di kelas dan
merupakan orang yang melaporkan kejadian itu ke Pak Rud. Tapi entah mengapa
tidak ada rumor-rumor aneh tentang orang yang bisa menghilang atau mendatangkan
sesuatu. Anehnya hal ini justru menggelitik perasaanku. Kenapa saat aku mau
menghilang, tiba-tiba aku mulai menyukaimu hei.
0 komentar:
Posting Komentar